IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISA SWOT
Oleh:
Anonymous |
Wednesday, November 13, 2013
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opprtunities, and Threats) telah menjadi salah satu alat yang berguna dalam
dunia pendidikan. Proses penggunaan manajemen analisis SWOT menghendaki adanya
suatu survei internal tentang Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan)
program, serta survei eksternal atas Opportunities (ancaman) dan Threats
(peluang/kesempatan).
Meskipun sebenarnya analisa SWOT banyak di
tujukan untuk penerapan dalam bisnis, ide penggunaan perangkat ini dalam bidang
pendidikan bukanlah hal yang sama sekali baru. Sebagai contoh, Gorski (1991)
menyatakan pendekatan ini untuk meningkatkan minat dalam masyarakat untuk
memasuki sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan. Perangkat manajemen yang
sedianya ditujukan untuk bidang industri sering kali bisa diolah untuk
diterapkan dalam bidang pendidikan, karena adanya kemiripan yang fundamental
dalam tugas-tugas administratif .
SWOT adalah teknik yang sederhana, mudah dipahami,
dan juga bisa digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan
kebijakan-kebijakan untuk pengelolaan administrasi (administrator). Sehingga,
SWOT di sini tidak mempunyai akhir, artinya akan selalu berubah sesuai dengan
tuntutan jaman. Sehubungan dengan penjelasan tersebut di atas
penulis akan menyoroti tentang permasalahan yang berkaitan dengan Kajian SWOT
dalam sekolah.
Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisa ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Menurut Johnson (1989) dan Bartol (1991), SWOT
adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai langkah awal dalam
proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai
terapan.
Berikut adalah contoh penggunaan analisa SWOT guna mengindentifikasi permasalahan di suatu Sekolah Dasar. membahas dengan melihat dan memantau pada Sekolah Dasar, dalam hal ini mencakup strategi dan manajemen Sekolah Dasar.
1. Strenghts (S)
Mencerminkan kekuatan yang dimiliki oleh
sekolah. Sekolah Dasar tetap eksis dengan banyaknya persaingan sekolah-sekolah
yang semakin berkualitas, namun tetap menjadi pilihan bagi masyarakat Dusun X.
Kekuatan lainnya adalah adanya dukungan dari masyarakat dengan adanya paguyuban
kelas dan komite Sekolah.
Selain itu, saat ini SDN X dipimpin oleh
Kepala Sekolah yang memiliki loyalitas tinggi terhadap perbaikan mutu sekolah
dengan didukung oleh SDM Guru yang rata-rata lulusan S1, serta sarana prasarana
yang cukup memadai, ruang belajar yang nyaman dan asri dan musholla yang
berdiri cukup megah.
2. Weaknesses (W)
Mencerminkan kelemahan yang dimiliki oleh suatu
organisasi. Dalam kasus Sekolah Dasar X, masih sedikit siswa yang berprestasi
baik di tingkat kecamatan, kota maupun nasional. Output sekolah yang berasal
dari desa tertinggal mengakibatkan banyak siswa yang kelas 2 dan kelas 3 masih
belum bisa membaca huruf abjad maupun huruf hijaiyah dengan fasih dan benar.
Selain itu, juga terdapat guru senior dan
bersertifikasi yang kurang Ikhlas dalam mengajar dan mendidik anak.
Indikatornya adalah tatkala kepala sekolah memunculkan ide baru untuk perbaikan
mutu pendidikan di sekolah, guru tersebut, suka menjadi penghambat dan
memprovokasi guru lain untuk ikut menghambat program kepala sekolah yang
visioner.
3. Opportunities (O)
Mencerminkan peluang yang dimiliki oleh suatu
organisasi. Di Sekolah Dasar X memiliki ekskul drumband dan lukis,
sehingga banyak warga masyarakat dari dusun bahkan desa lain menyekolahkan
anaknya di sini.
4. Threats (T)
Mencerminkan ancaman potensial yang dihadapi
oleh suatu organisasi. Dalam kasus Sekolah Dasar X, ancamannya adalah
berkurangnya siswa dikarenakan berhasilnya proses KB pemerintah serta
persaingan dengan lembaga pendidikan lainnya.
Para wali murid yang kebanyakan terdiri
dari petani dan pedagang, kurang memberikan dorongan dan motivasi kepada anak-anaknya
untuk belajar dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Sehingga dari laporan tahun 2012 yang disusun guru, sebanyak 2% anak
tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMP.
Munculnya Budaya Bantengan yang sangat
mempengaruhi akhlak dan sifat serta perilaku siswa Sekolah Dasar X,
mengakibatkan prestasi belajar yang menurun. Karena anak-anak lebih memilih
Bantengan daripada mengaji ataupun belajar di rumah.
Penyalahgunaan internet akibat kekurangtahuan
orang tua wali murid, juga mempengaruhi prestasi belajar dan perilaku siswa.
Anak-anak sudah mulai mengenal tayangan-tayangan yang tidak pantas ditonton, di
dukung oleh budaya dangdutan yang liriknya menyuarakan tentang percintaan dan
kata-kata yang jorok serta tabu semakin memperluas dekadensi moral anak-anak
sekolah.
Kesimpulan
Dari hasil kajian SWOT di atas, maka
permasalahan pendidikan di SDN X dapat disimpulkan sebagai berikut:
a)
guru
yang tidak memberikan dukungan program perbaikan kepsek yang visioner
b)
input siswa
yang belum bisa membaca dan menulis
c)
prestasi
belajar siswa yang rendah
d)
ancaman
budaya berupa bantengan dan dangdutan yang menyanyikan lagu-lagu tabu dan
jorok, terhadap prestasi dan dekadensi moral siswa
e)
ancaman
pengaruh negatif internet terhadap prestasi belajar siswa
f)
para
wali murid yang kurang sadar dan peduli terhadap pentingnya pendidikan bagi
anak-anaknya.
Saran
Dengan kajian SWOT ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi Dinas Pendidikan Kota X guna mengadakan perbaikan kualitas dan
mutu pendidikan dasar di Kota X yang tercinta.