Kisah Penyembelihan Ismail

Oleh:   Anonymous Anonymous   |   Sunday, November 06, 2011
           Telah di kisahkan dalam Al-qur'an, bahwa Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud, dikarenakan beliau menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah. Namun berbagai usaha dan muslihat yang dilakukan oleh Raja Namrud di gagalkan oleh Allah azza wa jalla. Kemudian Nabi Ibrahim pergi ke suatu daerah agar ia dapat beribadah kepada Allah dengan khusyu; dan berdakwah kepada penduduk sekitar kepada ajaran tauhi, mengesakan Allah subhanahu wa ta'ala. "Dan Ibrahim berkata:'Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku." (QS. As-Shafaat:99).
          Kemudian, setelah sekian tahun berdakwah kepada ajaran Islam, Nabi Ibrahim hingga usia tuanya tidak juga dikarunai Anak oleh Allah. Hingga sang khalilullah ini berdoa “Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS Ash-Shafaat : 100). Kemudian Allah memberikan kepadanya kabar gembira akan lahirnya
seorang anak yang sabar. Dialah Ismail , yang dilahirkan oleh Hajar. 
        Nabi Ibrahim kemudian membawa Hajar dan Ismail, yang waktu masih bayi dan menyusu pada ibunya, ke Makkah. Pada saat itu di Makkah tidak ada seorang pun dan tidak ada air. Nabi Ibrahim meninggalkan mereka di sana beserta geribah yang di dalamnya terdapat kurma serta bejana kulit yang berisi air.Setelah itu Nabi Ibrahim berangkat dan diikuti oleh Hajar seraya berkata, “Wahai Ibrahim, kemana engkau hendak pergi, apakah engkau akan meninggalkan kami sedang di lembah ini tidak terdapat seorang manusia pun dan tidak pula makanan apapun?” Pertanyaan itu diucapkan berkali-kali, namun Nabi Ibrahim tidak menoleh sama sekali, hingga akhirnya Hajar berkata kepadanya:
“Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini?”
“Ya.” Jawab Nabi Ibrahim .

“Kalau begitu kami tidak disia-siakan.” Dan setelah itu Hajar pun kembali.
         Ibrahim pun berangkat sehingga ketika telah jauh sampai di Tsamiyah, beliau pun menghadapkan wajahnya ke Baitullah dan berdoa: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim : 37)
          Dan Hajar pun menyusui Ismail dan minum dari air yang tersedia. Sehingga ketika air yang ada dalam bejana sudah habis, maka ia dan puteranya pun merasa haus. Lalu Hajar melihat puteranya merengek-rengek. Kemudian ia pergi dan tidak tega melihat anaknya tersebut. Maka ia mendapatkan Shafa merupakan bukit yang terdekat dengannya. Lalu ia berdiri di atas bukit itu dan menghadap lembah sembari melihat-lihat adakah orang di sana, tetapi ia tidak mendapatkan seorang pun disana. Setelah itu ia turun kembali dari Shafa dengan susah payah hingga sampai di lembah. Lalu ia mendatangi bukit Marwah kemudian berdiri disana seraya melihat-lihat adakah orang disana. Namun ia tidak mendapatkan seorang pun disana. Ia lakukan itu – berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah – sebanyak tujuh kali.
         Setelah mendekati Marwah ia mendengar sebuah suara. Ia pun berkata, “Diam!” Maksudnya untuk dirinya sendiri. Kemudian ia berusaha mendengar lagi hingga ia pun mendengarnya. “Engkau telah memperdengarkan. Adakah engkau dapat menolong?” Tiba-tiba ia mendapati Malaikat di dekat sumber air Zamzam. Kemudian Malaikat itu menggali tanah dengan tumitnya sehingga muncullah air. Selanjutnya Ibunda Ismail membendung air dengan tangannya dan menciduknya dan air bertambah deras.
Nabi Muhammad bersabda:
“Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Ibu Ismail, jika saja ia membiarkan Zamzam – atau Beliau berkata: ‘seandainya dia tidak menciduk airnya- niscaya Zamzam menjadi mata air yang mengalir.” 
        Kemudian ibunda Ismail minum dari air itu dan menyusui anaknya. Lalu suatu ketika lewatlah suku Bani Jurhum. Mereka melihat burung berputar-putar di angkasa. Lalu mereka pun berkata: “Burung itu pasti mengitari air, karena kita mengenal lembah ini tidak ada air.” Lalu mereka pun mengirim utusan, dan ternyata utusan itu menemukan air.Akhirnya mereka kemudian mendatangi tempat itu, dan bertanya kepada Ibunda Ismail: “Apakah engkau mengizinkan kami untuk singgah disini? “ “Ya, tetapi kalian tidak berhak atas air ini.” Jawab Ibu Ismail. Mereka pun menjawab: “Baiklah.”
         Maka ibunda Ismail pun menerima mereka karena ia membutuhkan teman. Selanjutnya mereka pun singgah disana dan mengirimkan utusan kepada keluarga mereka, hingga keluarga mereka pun menetap disana. Lalu mulailah berdiri beberapa rumah. Bayi Ismail tumbuh menjadi besar dan belajar Bahasa Arab di kalangan Bani Jurhum. Hingga pada suatu hari, ayahnya, Nabi Ibrahim datang menjumpainya. Allah mengisahkannya di dalam Al-Qur’an:“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" (QS Ash-Shafaat: 102) Nabi Ibrahim datang menjumpai anaknya untuk menyampaikan perintah Allah agar menyembelihnya. 
          Setelah menunggu bertahun-tahun, Nabi Ibrahim baru dikaruniai anak di usia tuanya. Lalu beliau diperintahkan untuk meninggalkan anak dan isterinya di suatu tempat asing yang jauh darinya dan tidak berpenghuni. Meskipun sangat besar kecintaan beliau kepada keluarganya, namun beliau seorang yang teguh dan taat terhadap perintah Allah. Tidak sedikitpun beliau bergeming, bahkan bersegera ketika Allah memerintahkannya.Nabi Ibrahim memberitakan mimpinya tersebut kepada anaknya agar hal itu menjadi lebih ringan baginya, sekaligus untuk menguji kesabaran, ketangguhan dan kemauan kerasnya ketika masih kecil untuk taat kepada Allah sekaligus taat kepada ayahnya.
          Nabi Ismail kemudian menunjukkan baktinya kepada ayahnya tercinta dengan menuruti permintaan ayahnya dalam menjalankan ketaatan kepada Allah! Allahu Akbar! Nabi Ismail pun menjawab:“Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS Ash-Shafaat : 102)
              Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Dan beliau berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu. Sungguh mulia sifat Nabi Ismail. Allah memujinya di dalam Al-Qur’an: “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quraan. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.”
(QS Maryam : 54) Allah melanjutkan kisahnya di dalam Al-Qur’an: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).” (QS Ash-Shafaat : 103)
              Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya di atas pelipisnya (pada bagian wajahnya) dan bersiap melakukan penyembelihan dan Ismail pun siap menaati perintah ayahnya. Lalu ketika hendak menyembeli Nabi Ismail, Allah memanggil Nabi Ibrahim:“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat 104:107)
         Allah menguji Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih anaknya tercinta, dan Nabi Ibrahim dan Ismail pun menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu. Lalu Allah menggantikan dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang besar berwarna putih, bermata bagus, bertanduk
serta diikat dengan rumput samurah. 

Tampilkan Komentar