Keistimewaan Sahabat Abu Bakar As-Sidiq

Oleh:   Anonymous Anonymous   |   Friday, November 01, 2013
Khalifah Abu Bakar As-Sidiq merupakan sahabat Rasulullah yang paling mulia dan utama. Beliau adalah seorang sahabat yang tidak pernah meninggalkan kawannya dalam keadaan tersulit sekalipun. Kedermawannya telah diketahui oleh penduduk langit dan bumi. Beliau adalah orang yang pertama kali membenarkan peristiwa Isra' Mi;raj. 

Tatkala beberapa orang dari kalangan Kafir Quraisy datang kepada Abu Bakar RA, mereka menceritakan tentang kisah perjalanan Isra Nabi SAW ke Bait al Maqdis. Lalu Abu Bakar RA berkata: “Aku bersaksi bahwasanya Muhammad bisa dipercaya”.


Kemudian orang-orang Quraisy itu berkata: “jadi engkau percaya bahwa dia melakukan perjalanan menuju Syam dan kembali lagi ke Mekkah hanya dalam waktu satu malam?”. Abu Bakar menjawab: “Ya, sesungguhnya aku mempercayainya lebih dari itu. Aku mempercayai berita-berita yang datang dari langit siang maupun malam hari”.  Karena peristiwa inilah, Rasulullah kemudian memberinya gelar As-Sidiq.

Seiring dengan berjalannya hari,  Abu Bakar bertambah sempurna imannya. Begitu pula semakin banyak dan bertambah  pengorbannya di jalan Allah. Ia memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap masa-masa awal perjuangan Islam. Abu Bakar mendapat gelar yang lain yaitu as-Sabbâq, karena beliau adalah sahabat Rasulullah SAW yang paling dulu maju untuk kebaikan. Beliau memang terkenal suka mengorbankan harta bendanya untuk Islam dan orang yang paling awal dalam berbuat kebaikan.
 
Dari Umar RA dia berkata: “Rasulullah menyuruh kami untuk bersadaqah. Dan aku mendermakan hartaku. aku berkata: “Hari ini aku ingin menjadi orang yang  pertama (mendermakan harta). Maka karena aku ingin menjadi orang yang paling pertama mendermakan harta hari ini, aku membawa setengah hartaku”. Kemudian Rasulullah SAW berkata: “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?”. Aku berkata: “setengahnya”. 
Kemudian Umar berkata: “lalu datang Abu Bakar RA dengan membawa seluruh hartanya. Dan Rasulullah berkata: “Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?”. Abu Bakar menjawab: “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya”. Dan aku (Umar) berkata: “Demi Allah, sampai kapanpun, aku tidak akan pernah bisa mengungguli Abu Bakar”.  

        Dalam sebuah halaqah (pengajaran) yang diajarkan oleh Nabi SAW, beliau bertanya: “Di antara kalian, siapa yang berpuasa hari ini?”. Para sahabat semua terdiam. Akan tetapi Abu Bakar berkata: “Aku”. Kemudian Nabi SAW bertanya lagi: “Di antara kalian, siapa yang hari ini berta’ziah?”. Para sahabat semuanya terdiam. Akan tetapi Abu bakar berkata: “aku”. Kemudian Nabi bertanya untuk yang ketiga kali: “Di antara kalian, siapa yang hari ini memberi makan orang miskin?”. Tidak ada satupun sahabat yang menjawab. Dan Abu Bakar berkata: “aku”. Nabi masih melanjutkan pertanyaannya: “Siapa di antara kalian yang menjenguk orang sakit hari ini?”. Semuanya terdiam. Lalu as-Sabbâq Abu Bakar menjawab: “Aku”.  Kemudian Rasulullah berkata: “Tidak ada balasan untuk semua itu, kecuali syurga”.
 
Rasululah SAW dan Abu Bakar sangat dekat, sehingga Rasulullah berkata: “Andai saja aku boleh memilih seorang teman (kelak di hari kiamat), aku akan memilih Abu Bakar. Dia adalah saudaraku dan sahabat karibku”.

Selanjutnya, Abu Bakar juga mendapat julukan as-Syujâ’ yang artinya ksatria.
Dari Ali bin Abi Thalib RA, suatu hari dia berkata ketika berada di tengah-tengah kerumunan orang banyak: “Siapakah manusia yang paling pemberani?”. Mereka menjawab: “Engkau wahai Amirul mu’minin”. Kemudian Ali berkata: “Aku memang berani bertanding, akan tetapi selalu berakhir dengan seri. Manusia yang paling pemberani adalah Abu Bakar, karena di hari Perang Badr, dialah yang membuat penghalang dari pepohonan Untuk Rasulullah SAW. Kemudian kami berkata: “lalu siapa yang menjaga Rasulullah SAW, agar tidak seorangpun kaum musyrik yang bisa mendekatinya? Dan ketika seorang dari kami mencoba mendekati Rasulullah, Abu bakar menghunuskan pedangnya tepat di atas kepala Rasulullah SAW.
Kemudian Jabir melanjutkan: “Orang-orang musyrik berkumpul untuk menghadap Abu Bakar di kota Makkah, ada yang menyerangnya dan mengguncang-guncang badannya. kemudian mereka berkata: “Engkau telah memilih satu Tuhan”. Dan sungguh tidak ada satu orangpun yang mendekati kepada kami kecuali Abu Bakar yang langsung memukulnya, dan menyerangnya.
Dan kemudian dia berkata: “Celakalah kalian! Apakah kalian akan membunuh orang yang mengatakan bahwa Tuhanku adalah Allah?”. kemudian Ali RA berkata: “Aku bersumpah demi Allah, apakah Abu Bakar lebih baik dari seorang yang beriman dalam keluarga Fir`aun?”. Lalu Jabir berkata: “Semua orang terdiam”. Kemudian Ali berkata: “mengapa kalian tidak menjawab?, demi Allah, sesungguhnya masa yang dialami Abu bakar lebih baik seluruh orang mu’min dari kalangan keluarga Fir`aun yang ada di Bumi. orang yang beriman dari kalangan keluarga Fir`aun adalah orang yang menyembunyikan keimanannya, sedangkan Abu Bakar adalah orang yang terang-terangan memperlihatkan keimanannya”. 
Di hari perang Badar Nabi SAW ketika berada dalam benteng dia berkata: “Ya Allah aku bersumpah menjaga janjimu, Ya Allah Jika engkau mengkehendaki maka tidak akan ada seorangpun yang menyembahmu hari ini (berarti  Allah mengkhendaki kekalahan dialami oleh kaum beriman. Nabi mengucapkan kata-kata ini untuk memohon pertolongan kepada Allah)”. Abu Bakar menggenggam tangan nabi dan berkata: “Cukup wahai Rasulullah, Engkau telah memaksa Tuhanmu”. Kemudian rasulullah keluar dan menggulung lengan bajunya seraya berkata: “Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit”. (QS. Al Qamar:45-46)    
    
      Dalam peristiwa perang Hudaibiyah, Abu Bakar dikenal sebagai seorang yang memiliki rasa optimisme yang sangat kuat. Hal ini nampak dalam dialog, yang terjadi ketika seorang  panglima perang Umar al-farouq merasa gundah dengan berkata: “Aku mendatangi Nabi SAW dan aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah engkau benar-benar rasul utusan Allah?. Rasulullah menjawab: “ya” Umar bertanya: “Bukankah kita di jalan yang benar, dan mereka di jalan yang bathil?”. Rasulullah menjawab: “ya”. Kemudian Umar bertanya lagi: “Lalu mengapa kita harus melakukan kekurangan dalam agama kita? (maksudnya tidak melaksanakan Haji, karena bagian dari perjanjian Hudaibiyah adalah kaum muslim tidak diperbolehkan masuk kota mekkah untuk beberapa waktu)”. Dan nabi berkata: “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah, dan aku tidak pernah berbuat maksiat terhadap-Nya, Dia adalah Penolongku”. Kemudian aku berkata lagi: “Bukankah engkau pernah berkata, bahwa kita akan menuju ka`bah dan melaksanakan thawaf. Rasulullah berkata: “Bukankah sudah aku beritahukan kepadamu bahwa kita pasti akan melaksanakan hal itu tahun ini?”. Aku berkata: “tidak”. Rasulullah berkata: “Engkau akan mendatangi ka’bah dan berthawaf di sana”. Kemudian Umar berkata: “Lalu aku mendatangi Abu Bakar”. Kemudian aku berkata: “Wahai Abu Bakar, bukankah Beliau adalah benar-benar utusan Allah?”. Abu Bakar menjawab: “ya”. Aku berkata: “Bukankah kita berada di jalan yang benar, dan musuh kita berada di jalan yang bathil?”. Abu Bakar menjawab: “ya”. Aku berkata lagi: “Lalu mengapa kita harus melakukan kekurangan dalam agama kita?” (haji). Abu Bakar berkata: “Wahai Manusia, sesungguhnya Dia (Muhammad) adalah utusan Allah, dan dia tidak pernah berbuat maksiat kepada-Nya. Dan Allah adalah penolongnya. Karena itu berpeganglah  pada tali kendali-Nya . Aku bersumpah sesungguhnya dia berada di jalan yang benar”. Aku berkata: “Bukankah dia (Muhammad) juga telah memberitahukan kepada kita bahwa kita akan mendatangi Ka’bah dan berthawaf”. Abu bakar berkata: “Apakah dia memberitahukan bahwa engkau akan datang datang ke kota Mekkah dan  berthawaf di Ka`bah tahun ini?”. Aku berkata: “tidak”. Abu bakar berkata lagi: “Engkau akan datang dan berthawaf di ka’bah tahun ini”. Umar berkata lagi: “Setelah itu barulah aku tahu. Dan karenanya aku mengerjakan banyak amal shalih” .
 
Kemudian, sepeninggal Nabi Muhammad wafat, kaum Mu’min mengalami cobaan dan goncangan yang sangat besar. Saat itu Abu bakar datang mengendarai kudanya dengan tergesa-gesa. Kemudian beliau turun dari kudanya dan masuk ke dalam masjid. Dia tidak berbicara dengan seorangpun hingga masuk dan menemui Aisyah. Kemudian dia melihat Rasulullah SAW, dan beliau sudah dibaringkan dan ditutupi oleh kain. Kemudian Abu bakar membuka kain penutup wajahnya, dan memeluknya. Kemudian beliau menciumnya dan menangis. Setelah itu beliau berkata: “Aku bersumpah, sesungguhnya engkau memiliki dua kematian. Dan satu kematian yang telah Allah tentukan untukkmu telah tiba (dan kematian yang lainnya adalah kematian ajaran Nabi SAW). 
Kemudian Abu Bakar keluar. Dan  Umar berbicara di hadapan manusia (Umar tidak percaya bahwa Nabi Muhammad telah meninggal dunia). Abu Bakar berkata: “Duduklah!” akan tetapi  Umar menolak. Kamudian Abu Bakar mengucapkan syahadat. Dan orang-orang mendatanginya dan meninggalkan Umar. Selanjutnya Abu Bakar berkata: “Demikianlah! Barang siapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Dan barang siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah selalu hidup dan tidak pernah mati. Allah berfirman: “.......” (QS.Ali Imran: 144)
Asma berkata: “Demi Allah sesungguhnya sebelumnya tidak ada seorang sahabatpun yang tahu bahwa Allah telah menurunkan ayat ini, hingga Abu Bakar membacakannya.  Kemudian para sahabat menerima ayat tersebut dari Abu Bakar. Dan tidak ada seseorangpun dari mereka yang mendengar ayat itu kecuali setelah Abu Bakar membacanya”.
    Peristiwa ini betapa menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah manusia yang sangat kuat dan sosok yang memiliki sikap ksatria. Di hari kedua sepeninggal Rasulullah, Abu bakar berkhutbah di depan manusia. Setelah memuji Allah beliau berkata: “wahai manusia, sekarang aku yang akan memimpin kalian. Aku memang bukan yang terbaik di antara kalian. Jika aku melakukan kebaikan, maka bantulah aku. Akan tetapi jika aku melakukan keburukan, maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah. Sedangkan kebohongan adalah sebuah pengkhianatan. Orang-orang yang lemah di antara kalian adalah orang yang kuat disisiku dan aku akan menunaikan hak-hak mereka, dengan izin allah. Dan oarang-orang yang kuat di antar kalian adalah orang-orang yang lemah dalam pandanganku hingga aku bisa mengambil hak orang lemah darinya, dengan izin Allah. Dan suatu kaum yang tidak mau berjihad di jalan Allah akan diberi kehinaan oleh Allah. Dan keburukan yang terdapat dalam suatu kaum merupakan cobaan yang Allah berikan. Karena itu taatlah kepadaku seperti ketaatan kalian kepada Allah dan rasul-Nya. Jika kalian berbuat maksiat kepada Allah dan rasul-Nya maka aku tidak akan membantumu. Dan laksanakanlah shalat maka Allah akan menyayangi kalian”. 
   Sepeninggal Nabi, Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah berdasarkan musyawarah mufakat antara kaum Muhajirin dan Anshar.  Masalah pertama yang di hadapi kepemimpinan Abu Bakar RA adalah ketika mengutus Usamah RA.Nabi pernah mengutus Usamah dalam perang melawan bangsa Roma. Dan pasukan yang dikomandoi Usamah telah dipersiapkan dua hari sebelum Nabi SAW meninggal.  Ketika penyakit Nabi bertambah parah, Nabi sempat berdiri dan memberi perintah untuk menyiapkan pasukan. Setelah itu nabi SAW meninggal dunia. Dan situasi serta cobaan bertambah berat. Kemunafikan muncul kembali. Sebagian bangsa Arab yang tinggal di sekitar kota Madinah menjadi murtad. Sementara sebagian lain bersenang-senang dengan tidak mengeluarkan zakat. 
    Ketika musibah ini terjadi, beberapa orang meminta Abu bakar RA untuk membatalkan misi pasukan Usamah. Dan di antara orang yang mengusulkan itu adalah Umar RA. Akan tetapi Abu Bakar menolak usulan itu dengan sangat keras. Dan dia mengucapkan kalimat yang sangat tajam: “Demi Allah aku tidak akan membatalkan janjiku dengan Rasulullah SAW. walaupun burung mematuk kita, dan hewan pemangsa ada di dekat kota Madinah, dan meskipun anjing-anjing berjalan di atas kaki para Istri Nabi, maka aku akan tetap menyiapkan pasukan Usamah!. 
    Sebagian mengusulkan Agar beliau mengirim utusan pasukan yang lebih berpengalaman dari Usamah. Akan tetapi Abu bakar tetap menolaknya, karena itu berarti merubah ketentuan yang sebelumnya telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW.
    Kemudian as-Shiddiq keluar untuk melepas pasukan, menghantar Usamah dan memberi beberapa wasiat. Saat itu, Abu Bakar RA berjalan di atas kedua kakinya sedangkan Usamah mengendarai kuda. Lalu Usamah berkata kepadanya: “wahai Khalifah Rasulullah, naiklah ke atas kuda ini, dan biarkan aku yang berjalan kaki”. Kemudian Abu Bakar berkata: “Demi Allah aku tidak ingin mengendarai kuda dan engkau tidak harus turun, karena sesungguhnya aku ingin kakiku menjadi berdebu demi jihad di jalan Allah”.
    Kemudian as-Shiddiq meminta izin kepada Usamah untuk mengikutsertakan Umar dalam pasukannya. Dan Usamah pun mengizinkannya.
    Kepergian Usamah untuk menemui bangsa Roma di Negri Syam saat itu adalah sebuah kepentingan yang sangat mendesak. Ketika pasukan Usamah berjalan dan melewati pemukiman bangsa Arab, mereka membuat bangsa Arab segan dan takut. Mereka berkata: “Pasti pasukan yang keluar ini memiliki persenjataan yang amat kuat. Kita akan melihat mereka bertemu dengan pasukan Roma”. Setelah bertemu, pasukan roma, mereka menyerang dan memeranginya. Peperangan ini terjadi selama empat puluh hari. Ada yang mengatakan bahwa peperangan ini berlangsung selama tujuh puluh hari. Setelah itu mereka kembali dengan membawa kemenangan.
    Setelah mereka kembali, mereka diberi misi lain, yaitu memerangi orang-orang yang murtad dan tidak mengeluarkan Zakat”. Dari Abu Hurairah RA, dia berkata: “Ketika Rasulullah SAW meninggal dunia, dan Abu Bakar menggantikannya sebagai khalifah. Akan tetapi banyak bangsa Arab yang kembali menjadi kafir. Kemudian Umar bin khattab berkata kepada Abu bakar: “Bagaimana engkau akan memerangi manusia, sedangkan Rasulullah SAW bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka mengucapkan: lâ ilâha illa Allah. barang siapa yang mengucapkan lâ ilâha illa Allah, maka aku akan melindungi harta dan dirinya serta menunaikan haknya. Dan semua hisab atas dirinya adalah di tangan Allah (Umar bertanya tentang orang-orang muslim yang tidak mau mengeluarkan zakat)”.
    Kemudian Abu Bakar berkata: “Aku bersumpah aku akan tetap memerangi orang yang membedakan antara shalat dan zakat (mengerjakan shalat tanpa mengeluarkan zakat atau sebaliknya). Karena sesungguhnya zakat adalah hak atas harta. Demi Allah, meskipun aku harus menghadapi Tali kekang (‘Iqâl, yang dipakai sebagai cambuk), seperti yang dulu pernah mereka lakukan terhadap nabi SAW, aku akan tetap memerangi orang yang tidak mengeluarkan zakat. Kemudian Umar bin Khattab berkata: “Demi Allah, sesungguhnya Allah azza wa jalla telah mengilhami Abu Bakar untuk memerangi (mereka). Dan aku tahu bahwasanya dia benar”.
Setelah menjalani kehidupan yang penuh dengan petunjuk, keimanan dan kebaikan, tibalah saat as-Shiddiq dijemput oleh kematian. Para sahabat mengunjunginya. Kemudian mereka berkata: “Apakah kami harus memanggil tabib untukmu?”.
Abu Bakar menjawab: “Aku telah melihatnya”. Mereka bertanya lagi: “Apa yang dikatakannya kepadamu?”. Abu Bakar menjawab: “Sesunguhnya Aku berkuasa untuk melakukan apapun”. Selamat atasmu, engkau telah lebih dahulu di panggil ke surga, wahai Abu Bakar. Jika manusia akan memasuki surga melalui salah satu pintunya, maka engkau akan memasukinya dari seluruh penjuru pintu surga”.
    Dalam salah satu pengajaran Nabi SAW tentang keimanan, beliau bersabda: “Barang siapa yang membantu sepasang suami istri di jalan Allah, maka kelak dia akan diseru di pintu surga dengan seruan: “Wahai hamba Allah, inilah kebaikan untukmu”. Jika dia adalah orang yang rajin mengerjakan shalat, maka dia akan di panggil melalui pintu shalat.  Dan jika dia sering meakukan jihad, maka dia akan dipanggil dari pintu jihad. Jika dia sering memberi sadaqah, maka dia akan di panggil dari pintu shadaqah. Dan jika dia sering berpuasa, maka dia akan di panggil dari pintu orang-orang yang berpuasa”.  
Kemudian Abu Bakar berkata: “Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang dipanggil dari semua pintu itu?”. Kemudian Rasulullah SAW berkata: “ya. Dan aku berharap engkau menjadi salah seorang dari mereka”. 
    Demikianlah, kemudian Malaikat mengangkat Abu bakar ke syurga bersama para Nabi, orang-orang yang mempercayai, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh. Mereka adalah teman-teman yang tiada tara kebaikannya.

Tampilkan Komentar