Perjanjian Dengan Tuhan

Oleh:   Anonymous Anonymous   |   Friday, November 01, 2013
Dikabarkan dalam kitab suci, bahwa sebelum ruh manusia ditiupkan ke dalam jasad manusia telah mengadakan perjanjian dengan Tuhan-Nya. Manusia waktu itu mengaku dan bersaksi tentang keesaan Allah dan berjanji tidak menyekutukannya dengan Tuhan apapun. “Bukankah Aku ini Tuhan kamu”; maka ruh menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi” (QS. Al-A`raf [7]: 172). Selengkapnya Allah berfirman: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS. Al-A`raf [7]: 172).

Para ahli ilmu berkata; "Sesungguhnya setiap anak manusia yang baru lahir itu, terlahir dalam keadaan yang sesuai dengan prinsip penciptaan dan tabiat yang suci murni. " Tabiat yang suci murni tersebut dipersiapkan untuk menerima ajaran/agama yang haq dan lurus. Ajaran agama yang haq tersebut sebenarnya telah ada dalam setiap jiwa dan hati manusia, sehingga fitrah seorang manusia itu tidak akan berpaling pada keyakinan yang lain. Manusia tidaklah menghendaki sesuatu melainkan kebahagiaan, dan Penciptanya sesungguhnya telah memberikan mereka petunjuk untuk mencapai kebahagiaan itu.  Allah berfirman: “Tuhan kita ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk” (QS. Thaha [20]: 50).

Akan tetapi sejalan dengan kehidupan manusia, sesuai janjinya, para setan dan Iblis berusaha untuk memalingkan manusia ke jalan yang sesat dan melupakan mereka dengan janji yang pernah terucap kepada Tuhan-Nya ketika di alam ruh. Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari `Iyadh bin Himar, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (lurus). Maka datanglah setan-setan kepada mereka, lalu menyimpangkan mereka dari agamanya dan mengharamkan bagi mereka apa yang telah Aku halalkan bagi mereka.”

Hingga tatkala ketika hari di mana penyesalan tidak berguna lagi, maka seorang hamba akan benar-benar menyesal karena melupakan perjanjian dengan Tuhan-Nya. “Ditanyakan kepada salah seorang penghuni neraka pada hari Kiamat kelak: ‘Bagaimana pendapatmu jika engkau mempunyai sesuatu di atas bumi, apakah engkau bersedia untuk menjadikannya sebagai tebusan?’ Maka ia menjawab: ‘Ya, bersedia.’ Kemudian Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku telah menghendaki darimu sesuatu yang lebih ringan dari itu. Aku telah mengambil perjanjian darimu ketika masih berada di punggung Adam, yaitu agar engkau tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu pun, tetapi engkau menolak, dan tetap mempersekutukan Aku.’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Maka dari itu, sebagai orang tua, dihadapan kita terdapat anak yang terlahir dengan fitrah yang sudah ditetapkan oleh Allah tersebut. Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kita agar dapat memelihara dan merawat mereka serta menunjukkan jalan yang benar dan lurus guna mencapai kebahagiaan mereka. wallahu'alam.

Tampilkan Komentar