Sistem Pendidikan Negara Finlandia Terbaik di Dunia
Oleh:
Anonymous |
Sunday, November 24, 2013
Tahukah Anda negara mana
yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia? Amerika? London? ternyata tidak. Peringkat
pertama untuk kualitas pendidikan ternyata adalah Finlandia. Negara dengan ibukota Helsinki
(tempat ditandatanganinya perjanjian damai antara RI dengan GAM) ini memang
begitu luar biasa. Peringkat 1 dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil
survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama
PISA (Programme for International Student Assesment) mengukur kemampuan siswa
di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika.
Hebatnya, Finlandia bukan
hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan
anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya
cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam masalah
anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan
rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya.
Finlandia tidaklah
menggenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan,
menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes.
Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat
dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam
sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan
dengan Korea, ranking kedua setelah Finlandia, yang siswanya menghabiskan 50
jam perminggu.
Apa gerangan kuncinya?
Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru. Di Finlandia hanya ada guru-guru
dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri
adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis.
Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di
sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima.
Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum atau kedokteran!
Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok dari siswa dengan
kualitas seadanya. Beberapa mahasiswa di Indonesia malah memilih fakultas keguruan
sebagai alternatif terakhir. Mereka ini dididik oleh perguruan tinggi dengan
kualitas seadanya pula.
Dengan kualitas mahasiswa yang baik
dan pendidikan serta pelatihan dari dosen yang juga berkualitas tinggi tak
salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang tinggi
pula. Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas
apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku
teks yang mereka pilih sendiri.Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan
evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas
pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang
menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari
ujian, ungkap seorang guru di Finlandia.
Padahal banyak aspek dalam pendidikan
yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian
untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan
melanjutkan ke perguruan tinggi.
Siswa diajar untuk
mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini membantu siswa belajar
bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah
di SD Poikkilaakso, Finlandia. Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan
bekerja lebih bebas.Guru tidak harus selalu mengontrol mereka. Siswa didorong
untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang
mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri
informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita tinggal
menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Disini guru tidak mengajar dengan
metode ceramah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Adanya terlalu
banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan, dan mengakibatkan suasana
belajar menjadi tidak menyenangkan.
Kelompok siswa yang
lambat mendapat dukungan intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses.
Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan
antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik
menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai
kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar
dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan
tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian
datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan
tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha. Para guru sangat
menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita
mengatakan "Kamu salah" pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu.
Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap
siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan
hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi
tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga
terhadap dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru
memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di
kelasnya.
Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara
kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada
keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. "Kalau saya gagal dalam mengajar
seorang siswa, kata seorang guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan
pengajaran saya!" Benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.