Bidadari Aisyah dan Fatimah
Oleh:
Anonymous |
Thursday, November 28, 2013
Kisah kali ini saya peruntukkan untuk dua bidadari kecilku. Agar mereka selalu ingat bahwa hakekat hidup di dunia itu adalah mencapai kebahagiaan, bukan mencari uang, harta atau kedudukan. Kebahagiaan itu dapat tercapai ketika sesama saudara saling rukun, tolong menolong dan ikhlas berbagi.
Alkisah, ada dua orang
kakak-beradik, mereka adalah Kakak Aisyah dan adik Fatimah. Semenjak kecil,
kakak Aisyah dan adik Fatimah hidup rukun dan saling menolong, karena itulah
yang ditanamkan oleh orang tuanya. Pada suatu hari, Ayah dan Ibu memanggil
kakak beradik itu dan berkata " wahai anak-anakku Ayah dan Ibu saat ini
sudah menginjak usia tua, dan kalian pun sudah dewasa semua. Aisyah sudah
berkeluarga, sedangkan Fatimah masih kuliah. Umur manusia hanya Allah yang tahu,
Ayah dan Ibu sudah semakin tua."
Fatimah dan Aisyah
menyimak setiap kata demi kata ucapan orang tuanya secara tawadhu dan penuh
hormat. "Ayah dan Ibu hanya menginginkan kalian tetap rukun seperti
sekarang ini, jangan pernah berebut harta sesama saudara, jika bisa salinglah
memberi dan berbagi di antara kalian." Orang tuanya pun melanjutkan
ceritanya "Sebagaimana kalian tahu, Ayah dan Ibu memiliki ladang pertanian
yang luas. Kami ingin kalian mengelola ladang pertanian itu secara bersama,
dan membaginya secara merata.”
Singkat cerita, kakak
beradik itu pun mengelola ladang tersebut bersama-sama. Kakak Aisyah sudah
berkeluarga sedangkan adik masih melanjutkan sekolahnya. Mereka berdua selalu
membagi keuntungan dari hasil ladang pertanian itu secara merata.
Pada suatu hari adik
Fatimah yang belum berkeluarga berkata dalam hati “Kakakku hidupnya sudah
berkeluarga, dia pasti memerlukan kebutuhan yang lebihd aripada aku, sedangkan
aku masih lajang, dan kebutuhan hidup tidak sebanyak kakakku..”
Lalu pada tengah malam,
sang adik mengambil sekarung beras dari gudangnya. Dia melintasi ladang yang
terletak di di antara rumahnya dan rumah kakaknya, lalu sang adik meletakkan beras
itu di dalam gudang kakaknya.
Sementara itu, tanpa
diketahui adik Fatimah, kakak Aisyah ternyata memiliki pikiran yang sama
dengannya. Kakak Aisyah berkata pada dirinya sendiri “Sebenarnya tidak pantas
bila kami membagi keuntungan sama besar, karena saya sudah berkeluarga. Saya
punya suami yang selalu memelihara dan mengurus kebutuhan ku, dan anak-anak ku
akan mengurus kehidupanku kelak”. Pada pagi hari menjelang subuh, sang
kakak mengambil sekarung beras dari gudangnya dan pergi diam-diam melintasi
ladang mereka untuk memasukkan berasnya ke gudang adiknya.
Selama bertahun-tahun,
kedua kakak beradik itu bingung, mengapa persediaan beras di gudang tidak
pernah berkurang walaupun sering memindahkan berasnya ke gudang saudaranya?
Lalu pada suatu malam, terjadilah peristiwa yang tidak mereka sangka-sangka.
Sang kakak dan adik pergi ke gudang satu sama lain pada saat yang bersamaan.
Dalam kegelapan malam ketika membawa beras, mereka ternyata bertemu dan saling
menyadari apa sebenarnya yang terjadi selama bertahun-tahun. Lalu mereka berdua
meletakkan berasnya dan saling merangkul. Kakak Aisyah dan adik Fatimah pun
bertambah cinta dan kasih di antara mereka. Orang tuanya pun bangga memiliki
mereka berdua.