Perbedaan Penellitian Kualitatif dan Kuantitatif I
Oleh:
Admin |
Monday, April 14, 2014
Pemahaman
terhadap perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif akan menghantar
peneliti pada kejelasan terhadap masalah yang hendak diteliti. Berikut
dijabarkan beberapa pendapat para ahli tentang perbedaan antara penelitian
kualitatif dan kuantitatif, sebagai berikut.
1.
Menurut Nasution (1988)
Nasution
(dalam Imron Arifin, 1996) mengemukakan perbandingan antara penelitian
kualitatif dengan kuantitatif dengan melihat pada landasan filosofi yang
mendasari kedua pendekatan yaitu positivisme/kuantitatif dan
post-positivisme/kualitatif sebagai berikut:
a.
Penelitian kuantitaf hanya mempelajari permukaan masalah atau
bagian luarnya sedangkan penelitian kualitatif
berupaya memperoleh gambaran yang lebih mendalam. Gambaran yang lebih
mendalam didapatkan dengan pemahaman makna melalui wawancara mendalam atau
observasi partisipan.
b.
Penelitian kuantitatif bersifat atomistik, memecahkan masalah
kenyataan dalam bagian-bagian, mencari hubungan antara variable yang terbatas
sementara penelitian kualitatif memandang
peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya dan memcoba memperoleh gambaran
yang holistik. Peristiwa atau kejadian yang diteliti dengan metode kualitatif
adalah menyeluruh atau tidak merupakan bagian-bagian.
c.
Penelitian kuantitatif bertujuan mencari generalisasi guna
meramalkan atau memprediksi sedangkan penelitian kualitatif memahami makna (meaning) atau verstehen. Makna adalah pengungkapan
asumsi-asumsi yang dimiliki seseorang mengenai hidupnya. Pengungkapan makna
paling esensial dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik verstehen untuk menafsirkan makna (Imron
Arifin, 1996). Verstehen merupakan cara menafsirkan makna secara holistik
berdasarkan konteks (Imron Arifin, 1996).
d.
Penelitian
kuantitatif bersifat deterministik tertuju kepada kepastian dengan menguji
hipotesis versus penelitian kualitatif memandang hasil penelitian sebagai
spekulatif. Penelitian kuantitatif
berkaitan dengan pengumpulan, analisis dan interpretasi data sudah ditentukan
sebelumnya, dengan pertanyaan-pertanyaannya pada intrumen bersifat tertutup,
analisa statistik dan interpretasi statistik (Cresswell,
2010). Sedangkan dalam penelitian kualitatif, data-data diperoleh melalui
wawancara, observasi dokumentasi dan rekaman-rekaman. Data didapatkan melalui
pertanyaan terbuka, analisis tekstual dan gambar serta interpretasi terhadap
tema-tema atau pola-pola. (Cresswell, 2010).
2.
Menurut Bogdan dan Biklen (1982)
Bogdan dan Biklen (dalam Imron
Arifin, 1996; Bogdan dan Biklen, 1982) membandingkan penelitian kualitatif dengan
kuantitatif sebagai berikut:
a.
Frase-frase
yang berkaitan dengan pendekatan
Penelitian
kualitatif dan kuantitatif memiliki perbedaan frase yang terdapat di dalam
penelitian itu sendiri. Adapun frase-frase yang digunakan dalam kedua
penelitian tersebut:
1) Frase-frase yang berkaitan dengan penelitian
kualitatif sebagai berikut:
a) Etnografi.
Etnografi adalah ilmu yang mempelajari tentang etnik-etnik suatu bangsa (Imron
Arifin, 1996). Etnografi merupakan suatu desain penelitian. Sebagai suatu
desain penelitian, etnografi adalah rekonstruksi budaya sekelompok manusia
dalam berbagai kancah kehidupan manusia (Preissle-Goetz dan LeCompte dalam
Mantja, 1997). George Spindler (dalam Mantja, 1997) mendefinisikan etnografi
“...is the field arm of anthropology”.
Seorang pakar antropologi tanpa memiliki pengalaman lapangan etnografi,
ibaratnya sama seperti seorang ahli bedah yang tidak memiliki pengalaman
keklinikan. Spradley (1979; 1980) menyatakan bahwa tujuan utama etnografi
adalah untuk memahami pandangan hidup orang lain dari cara pandang pelakunya.
Di samping tujuan utama tersebut, etnografi juga merupakan upaya untuk memahami
aspek-aspek keaslian dan kewajaran asli (pribumi), hubungan-hubungan mereka
dalam semua aspek kehidupan, dan bagaimana mereka menyadari keadaan
lingkungannya, serta pandangan mereka terhadap dunia mereka sendiri (Mantja,
1997).
b) Kerja
lapangan. Dalam penelitian kualitatif pada
umumnya teori didapat atau dibangun dari bawah, yaitu dari data yang didapat
dari lapangan dan pada prinsipnya penelitian lapangan mengutamakan proses
daripada hasil karena itu dibutuhkan kerja yang intensif oleh peneliti di
lapangan.
c) Observasi
terlibat. Observasi terlibat dimaksud adalah
peneliti ikut serta di dalam observasi, peneliti adalah alat dari instrumen
penelitian itu sendiri.
d) Fenomenologis.
Fenomenologis merujuk pada suatu aliran pemikiran fenomenologisme. Kaum
fenomenolog memandang perilaku manusia – yaitu apa yang dikatakan dan dilakukan
orang – sebagai produk dari cara orang tersebut menafsirkan dunianya (Bogdan
dan Taylor dalam Furchan, 1992). Penyelidikan fenomenologis bermula dari diam.
Keadaan “diam” merupakan upaya untuk menangkap apa yang dipelajari dengan
menekankan pada aspek-aspek subyektif dari perilaku manusia. Fenemenolog
berusaha untuk bisa masuk ke dalam dunia konseptual subyek penyelidikannya agar
dapat memahami bagaimana dan apa makna yang disusun subyek tersebut di sekitar
kejadian-kejadian dalam kehidupan kesehari-hariannya (Imron Arifin, 1996).
Fenomenologi mengkaji masuk ke dalam dunia makna yang terkonsep dalam diri
individu yang kemudian digejalakan dalam bentuk fenomena (Fatchan, 2011).
e) Data
lunak. Data lunak dimaksud data yang
diperoleh tanpa terlebih dahulu menentukan kriteria kemutlakan.
f) Interaksi
simbolik. Interaksi simbolis merupakan suatu
pendekatan dalam penelitian kualitatif. Sifat yang paling mendasar bagi
pendekatan interaksi simbolis adalah asumsi yang menyatakan bahwa pengalaman
manusia itu diperoleh dengan perantara interpretasi. Benda (obyek), orang,
situasi, dan kejadian tidak akan memiliki maknanya sendiri tanpa diberikan pemaknaan
kepada hal-hal tersebut (Imron Arifin, 1996). Menurut Bogdan dan Taylor (1992)
benda, orang, situasi, dan kejadian hanya mempunyai makna lewat interpretasi
dan definisi orang mengenai hal-hal tersebut.
g) Perspektif
dalam. Perspektif dalam berhubungan dengan
pemaknaan terhadap data ditinjau secara subyektif.
h) Naturalistik.
Naturalistik merupakan istilah yang dikemukakan oleh Guba. Naturalistik
menunjuk pada penelitian yang dilakukan dalam situasi yang wajar atau natural setting. Naturalistik berakar
dalam etnografi dan fenomenologi. Ukuran naturalistik adalah tidak memerlukan
kerjasama dari subyek, tidak memebnarkan kesadaran subyek bahwa ia sedang
diukur atau diperlakukan dengan suatu cara yang khusus dan tidak merubah gejala
yang sedang terjadi (Imron Arifin, 1996).
i)
Etnometodologis.
Etnometodologi menunjuk pada pokok persoalan penyelidikan, yaitu cara
(metodologi yang digunakan) orang untuk memahami situasi tempat mereka berada.
Bagi ahli etnometodologi, arti suatu tindakan selalu tidak jelas (ambiguous) dan merupakan persoalan bagi
orang-orang dalam situasi tertentu. Tugas ahli etnometodologi adalah
menyelidiki bagaimana cara orang menerapkan kaidah-kaidah abstrak dan
pengertian akal sehat dalam berbagai situasi sehingga tindakan tersebut
kelihatan rutin, dapat diterangkan dan tidak meragukan (Bogdan dan Taylor (1992).
Etnometodologi berarti studi tentang bagaimana individu-individu menciptakan
dan memahami kehidupan mereka sehari-hari, seperti cara mereka menyelesaikan
pekerjaan di dalam hidup sehari-hari (Imron Arifin, 1996).
j)
Deskriptif. Deskripsi
bersinonim dengan kata gambaran. Deskriptif menunjuk pada observasi yang
bertujuan menggambarkan keadaan lapangan secara luas dan umum, dengan berusaha
melukiskan secara umum situasi sosial dan peristiwa apa yang terjadi dalam
penelitian (Imron Arifin, 1996).
k) Sekolah
Chicago. Sekolah Chicago merujuk pada tempat
dimana pertama kali para ahli sosiologi mengadakan riset kaulitatif yakni pada
tahun 1910 sampai dengan tahun 1940. Pendekatan yang digunakan berupa teknik participant observations. Para sosiologi
di sekolah Chicago melakukan studi tentang masalah-masalah sosial seperti
kehidupan perkotaan, kenakalan remaja, serta kehidupan imigran dan keluarganya
(Fatchan, 2011).
l)
Penelitian
kualitatif menyelidiki dokumen-dokumen
serta riwayat hidup dan juga
fakta-fakta ekologis yang dikemukakan
secara deskriptif.
m) Studi
kasus. Studi kasus menurut Denni (Imron
Arifin, 1996) merupakan studi yang menguji secara lengkap dan intensif
segi-segi, isu-isu, dan peristiwa-peristiwa tentang latar geografi secara
berulang-ulang. Kasus tidak hanya terbatas pada orang atau organisasi, tetapi
juga batas sistem, program, tanggung jawab, koleksi, atau populasi. Menurut
Bogdan dan Biklen (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap
satu latar atau satu orang subyek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau
satu persitwa tertentu. Adapun jenis-jenis studi kasus menurut Bogdan dan
Biklen (1982) diklasifikasikan seabagi berikut: studi kasus kesejarahan
mengenai organisasi, studi kasus observasi, studi kasus sejarah hidup, studi
kasus kemasyarakatan, studi kasus analisa situasi, dan mikroetnografi.
2)
Frase-frase
yang berkaitan dengan penelitian kuantitatif sebagai berikut:
a)
Eksperimen. Eksperimen
dimaksud suatu percobaan yang bersistem dan berencana untuk membuktikan
kebenaran suatu teori dan sebagainya (http://www.artikata.com).
Dalam penelitian kuantitatif tujuan yang hendak dicapai adalah menguji teori.
b)
Data keras. Data keras
dimaksud data yang diperoleh dengan terlebih dahulu menentukan kriteria
kemutlakan.
c)
Perspektif luar.
Perspektif luar berhubungan dengan pemaknaan terhadap data ditinjau secara
aspek obyektif.
d) Empiris.
Empiris dimaksud berdasarkan pengalaman terutama yang diperoleh dari penemuan,
percobaan, pengamatan yang telah dilakukan (http://www.artikata.com)
e)
Fakta-fakta sosial.
Penelitian kualitatif mencoba mencari hubungan yang terjadi dalam fakta-fakta
sosial yang ada. Sebagai contoh: apakah ada hubungan antara kepemimpinan dengan
motivasi kerja karyawan?
f)
Statistik. Statistik
merupakan data yang berupa angka yang dikumpulkan, ditabulasi,
digolong-golongkan sehingga dapat memberi informasi yang berarti mengenai suatu
masalah atau gejala.
b.
Konsep
kunci berkaitan dengan pendekatan
Antara
penelitian kualitatif dan kuantitatif ditemukan konsep-konsep kunci yang
membedakan kedua jenis penelitian tersebut, yaitu:
1)
Penelitian
kualitatif pada prinsipnya mencari dan menemukan makna lewat interpretasi dan
pemberian definisi terhadap benda, orang, situasi, dan kejadian yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Makna merupakan pengungkapan asumsi-asumsi yang dimiliki
orang mengenai hidupnya. Makna merupakan hal yang paling essensial untuk
diungkap dalam penelitian kualitatif. Teknik untuk menafsirkan makna dalam
penelitian kualitatif dikenal dengan istilah verstehen (Imron Arifin, 1996). Penelitian kualitatif mengedepankan
pemahaman akal sehat agar peristiwa yang terjadi dimengerti dan tidak diragukan
lagi. Penelitian kualitatif bermaksud menggolongkan (bracketing), memberi definisi pada situasi yang tengah dihadapi, melihat
kehidupan sehari-hari, memberi pemahaman, mengutamakan proses daripada hasil, terdapat
tatanan negosiasi, hasilnya untuk maksud praktis, membangun suatu konstruksi
sosial.
2)
Penelitian
kuantitatif mengandung konsep-konsep kunci yang selalu ada dalam riset
tersebut, yaitu:
a)
Variabel. Variabel
adalah simbol yang padanya melekat bilangan atau nilai. Variabel juga merupakan
sesuatu yang bervariasi atau suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai
(Imron Arifin, 1996). Menurut Wiersma (dalam Wiyono, 2007) variabel penelitian
adalah suatu karakteristik yang terjadi pada nilai-nilai atau kondisi yang
berbeda untuk individu-individu yang berbeda dari studi penelitian. Johnson dan
Christensen menyatakan variabel penelitian adalah kondisi atau karaketristik
yang memiliki nilai-nilai atau karakteristik yang berbeda (Wiyono, 2007).
Variabel dikembangkan dari teori yang sudah mapan dan menurut Wiersma (dalam
Wiyono, 2007) ada enam jenis variabel penelitian, yaitu: variabel bebas,
variabel terikat, variabel organismik, variabel intervening, variabel kontrol
dan variabel moderator.
b)
Dalam
penelitian kauntitatif variabel-variabel yang ada dioperasionalkan untuk
memperoleh hubungan yang ada di antara variabel-variabel tersebut.
c)
Reliabilitas.
Reliability adalah pengulangan penggunaan suatu instrumen yang sama (equivalent) kepada unit sasaran yang sama akan membuahkan hasil
yang sama (Imron Arifin, 1996). Dalam penelitian kuantitatif, suatu instrumen
yang baik bila dilancarkan untuk menguji responden secara berulang-ulang,
diharapkan akan memperoleh hasil yang sama. Bila persyaratan tersebut
terpenuhi, dapat dikatan memenuhi persyaratan reliabilitas. Dengan kata lain,
instrumen tersebut memiliki konsistensi tinggi dan dapat dipercaya (Wiyono,
2007).
d) Hipotesa.
Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural)
hubungan antara dua variabel atau lebih (Imron Arifin, 1996). Hipotesis
penelitian merupakan kesimpulan sementara yang akan diuji dalam penelitian.
Hipotesis penelitian memberikan arah penelitian. Hipotesis penelitian
memungkinkan peneliti menghubungkan antara teori dengan pengamatan, atau
sebaliknya menghubungkan pengamatan dengan teori (Wiyono, 2007). Nasution (2009)
mengemukakan bahwa fungsi hipotesis yaitu: menguji kebenaran suatu teori,
memberi ide untuk mengembangkan suatu teori, dan memperluas pengetahuan kita
mengenai gejala-gejala yang kita pelajari.
e)
Validitas. Validitas
adalah ukuran seberapa cermat suatu instrumen melakukan fungsinya. Menurut
Wiyono (2007) suatu instrumen dikatakan valid, apabila instrumen itu mengukur
apa yang hendak diukur. Misalnya, untuk mengukur partisipasi mahasiswa dalam
proses belajar mengajar, maka bukan diukur melalui tes akhir semester secara
tertulis, tetapi dilihat melalui kegiatan mahasiswa di kelas, yaitu frekuensi
kehadirannya, keterlibatan dalam diskusi kelas, dan sebagainya. Ada empat macam
validitas yaitu, validitas isi, validitas konstruk, validitas kriteria, dan
validitas butir.
f)
Dalam
penelitian kuantitatif, variabel-varibel yang diteliti hendaknya menunjukkan
tingkat signifikan secara statistik.
c.
Nama-nama
yang berkaitan dengan pendekatan
Penelitian
kualitatif dan kuantitatif pada hakekatnya lahir dari pemikiran para ahli yang
beraliran postpositivisme-fenomenologisme (kualitatif) dan positivisme-rasionalisme
(kuantitatif). Para ahli yang berperan dalam kedua jenis penelitian tersebut,
yaitu:
1)
Ahli
penelitian kualitatif: Max Weber, Charles Horton Cooley, Harold Garfinkel,
Margareth Mead, Anselm Strauss, Eleanor Leacock, Howard S. Becker, Raymont
Rist, Estelle Fuchs, Helbert Blumer, W.I. Thomas, Everett Hughes, Erving
Goffman, Harry Wolcott, Rosalie Wax, George Herbert Mead, Barney Glaser, Hugh
Mehan.
2)
Ahli
penelitian kuantitatif: Emile Durkheim, Lee Cronbach, L. Guttman, Gene Glass,
Robert Bales, Fred Kerlinger, Edward Thorndike, Fred Mc. Donald, David
Krathwohl, Donald Campbell, Peter Rossi.
d.
Afiliasi
teoritis
Afiliasi
teoritis adalah teori-teori yang memberikan sumbangan penting dalam suatu
penelitian. Dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif terdapat perbedaan
afiliasi teoritis sebagai berikut:
1)
Afiliasi
teoritis untuk penelitian kualitatif yaitu interaksi simbolik, etnometodologis,
fenomenologi, kultur/kebudayaan, dan idealisme.
2)
Afiliasi
teoritis untuk penelitian kuantitatif yaitu:
a)
Fungsionalisme struktur.
Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran
biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri
dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan
hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Pendekatan
structural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial. Durkheim
seorang pelopor teori fungsionalisme struktur mengungkapkan bahwa masyarakat
adalah sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat bagian-bagian yang
dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing-masing
yang membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling interdependensi
satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak berfungsi maka akan
merusak keseimbangan sistem (http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_struktural_fungsional)
b)
Realisme. Penganut
realisme beranggapan bahwa kebenaran itu ada pada sesuatu yang riil atau nyata
(Jegalus, 2002).
c)
Positivisme.
Penganut paham positivisme mencari fakta atau sebab-musabab gejala sosial
dengan tidak banyak mempertimbangkan keadaan subyektif individu (Bigdan dan
Taylor, 1992). Dalam pandangan positivisme, realitas dapat dipecah menjadi
bagian-bagian. Hukum yang berlaku bagi bagian kecil, juga berlaku bagi
keseluruhan. Pengalaman bersifat obyektif dan dapat diukur, realitas hanya ada
satu, yang mempunyai hukum-hukum dan ciri-ciri tertentu yang dapat diselidiki
(Imron Arifin, 1996).
d) Behaviorisme.
Kaum behavioris mengemukakan bahwa perilaku manusia pada hakekatnya dipengaruhi
oleh stimulus atau ransangan yang ada.
e)
Emperisme logis.
Emperisme logis disebut juga positivisme logis. Emperisme logis berpendapat
bahwa filsafat harus mengikuti rigoritas yang sama dengan sains. Filsafat harus
dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan
adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali (http://id.wikipedia.org/wiki/Positivisme_logis).
f)
Teori sistem.
Teori sistem menyatakan bahwa sistem adalah
suatu kesatuan dari berbagai unsur, yang satu sama lain saling berhubungan dan bergantung di dalam
mengemban suatu tugas mencapai tujuannya (Mantja, 2011).
e.
Afiliasi
akademik
Afiliasi
akademik adalah cabang ilmu pengetahuan yang memberi sumabngan besar dalam
suatu penelitian. Perbedaan afiliasi akademik antara penelitian kualitatif dengan
kuantitatif, yaitu:
1)
Afiliasi
akademik untuk penelitian kualitatif yaitu sosiologi, historis, dan
antropologi.
2)
Afiliasi
akademik untuk penelitian kuantitatif: psikologi, ilmu ekonomi, sosiologi, ilmu
politik.
f.
Tujuan
Perbedaan
antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat dilihat pada tujuan yang
hendak dicapai oleh kedua jenis penelitian tersebut. Adapun tujuan yang hedak
dicapai:
1)
Penelitian
kualitatif: mengembangkan konsep pensensitif (sensitizing), mendeskripsikan realitas yang terdiri atas berbagai
segi, menemukan teori grounded, dan mengembangkan pemahaman.
2)
Penelitian
kuantitatif: menguji teori, membentuk fakta, deskripsi statistik, menunjukkan
hubungan antar variabel, dan membuat prediksi.
g.
Desain
Desain
penelitian yang terdapat pada penelitian kualitatif pada hakekatnya berbeda
dengan desain penelitian yang terdapat pada penelitian kuantitatif. Adapun
perbedaan desain dari kedua jenis penelitian sebagai berikut:
1) Penelitian kualitatif: berkembang,
lentur, rampat (umum) dan desain memberikan firasat bagaimana peneliti harus melangkah.
2) Penelitian kuantitatif: struktur,
ditetapkan terlebih dahulu, formal, spesifik dan desain yang dibuat merupakan
rencana operasi kerja yang rinci.
h.
Menulis
proposal penelitian
Langkah
awal suatu penelitian adalah dengan menulis proposal. Ada perbedaan bentuk
penulisan proposal penelitian kualitatif dan kuantitatif, yaitu:
1)
Penelitian
kualitatif: singkat, spekulatif, menunjukkan bidang yang relevan untuk
diteliti, ditulis setelah ada data terkumpul, dan tinjauan pustaka yang
substantif tidak panjang lebar.
2)
Penelitian
kuantitatif: panjang lebar, fokus rinci dan spesifik, prosedur rinci dan
spesifik, melalui tinjauan pustaka yang substantif, prioritas penulisan pada
pengumpulan data, hipotesa dinyatakan.
i.
Data
Data
yang diperoleh dan dipaparkan antara penelitian kualitatif dengan kuantitatif
memiliki perbedaan sebagai berikut:
1)
Data
pada penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan bersumber dari dukumen
pribadi, catatan lapangan, kata-kata orang sendiri, dokumen resmi dan artefak,
dan foto.
2)
Data
pada penelitian kuantitatif bersifat kuantitatif dan bersumber dari koding yang
dapat dikuantifikasi, variabel operasional, statistik, bilangan, dan ukuran.
j.
Sampel
Sampel
adalah bagian dari populasi yang diamati (Wiyono, 2007). Jenis sampel yang
digunakan dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif terdapat perbedaan,
yaitu:
1)
Sampel
pada penelitian kualitatif yaitu kecil karena menyelidiki kasus tertentu,
nonrepresentatif, sampling teoritis. Biasanya sampel yang banya digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah “snow ball
sampling”. Kriteria sampel didasarkan pada kadar kualitasnya, antara lain
subyek yang memahami masalah secara akurat, memiliki waktu, bersedia dan bisa
menyampaikan informasi secara baik (Bogdan dan Biklen, 1982). Dalam penelitian
kualitatif keterwakilan sampling bukan didasarkan pada populasi, melainkan
terhadap informasi, sehingga dikenal sampling bertujuan (purposive sampling) dan sampling internal (internal sampling) (Imron Arifin, 1996).
2)
Sampel
pada penelitian kuantitatif yaitu besar, berstrata, ada kelompok kontrol,
dipilih secara random atau acak, kontrol untuk variabel luar, tepat/cermat (precise). Dalam penelitian kuantitatif sampling berarti pengambilan sesuatu
bagian dari populasi atau semesta sebagai wakil (representative) terhadap populasi (Imron Arifin, 1996). Terdapat
tujuh jenis sampling yang digunakan dalam penelitian kuantitatif, yaitu: random sampling, stratified sampling,
proportional sampling, cluster sampling, area sampling, purposive sampling, dan quota sampling.
k.
Teknik
atau metode
Adapun
teknik atau metode dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif adalah sebagai
berikut:
1)
Teknik
dan metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi,
tinjauan berbagai dokumen dan artefak, wawancara terbuka (opended interview), dan observasi partisipasi.
2)
Teknik
dan metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif, yaitu eksperimen,
penelitian survey, wawancara terstruktur, kuasi eksperimen, observasi
terstruktur, dan himpunan data.
l.
Hubungan
peneliti dengan subyek
Hubungan
peneliti dengan subyek penelitian dalam penelitian kualitatif dengan kuantitif
memiliki makna dan tujuan yang berbeda. Adapun hubungan antara peneliti dengan
subyek dalam kedua penelitian tersebut, yaitu:
1)
Hubungan
peneliti dengan subyek dalam penelitian kualitatif, yaitu empati, akrab,
hubungan rapat, menekankan kepercayaan subyek sebagai sahabat, persamaan.
2)
Hubungan
peneliti dengan subyek dalam penelitian kuantitatif, yaitu ada pembatasan,
jangka pendek, tidak tinggal bersama, ada jarak antara subyek dan peneliti.
m. Instrumen dan alat
Instrumen
dan alat yang digunakan dalam penelitian kualitatif dengan kuantitatif memiliki
perbedaan, yaitu:
1)
Instrumen
dan alat yang digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu tape recorder,
peneliti sering merupakan satu-satunya instrumen, dan transkrip.
2)
Instrumen
dan alat yang digunakan dalam penelitian kuantitatif, yaitu inventori, angket,
indeks, komputer, skala, dan skor tes.
n.
Analisa
data
Analisa
data dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif memiliki dasar dan jangka
waktu yang berbeda, yaitu:
1)
Analisa
data dalam penelitian kualitatif adalah berkelanjutan, model, tema, konsep,
induktif, induksi analitis, dan metode komparatif konstan.
2)
Analisa
data dalam penelitian kuantitatif adalah deduktif, dikerjakan selesai
pengumpulan data, dan statistik.
o.
Masalah
dalam penggunaan pendekatan
Penelitian
kualitatif dan kuantitatif memiliki masalah dan keterbatasan sebagai berikut:
1)
Masalah
yang ditemukan dalam penggunaan penelitian kualitatif: memakan waktu, sulit
mereduksi data, prosedur tidak baku, dan sulit melakukan studi pada populasi
yang jumlahnya besar.
2)
Masalah
yang ditemukan dalam penggunaan penelitian kuantitatif: mengontrol variabel
lain, reifikasi (reification), sifat
memaksa, dan validitas.